UDARA pagi itu sangat sejuk dan sinar mentari menerobos masuk ke sela-sela pepohonan. Di sebuah hutan kecil dekat perkampungan yang damai, hiduplah seekor kucing bernama Kiko dan seekor tupai bernama Tupi. Kiko adalah kucing yang sangat cerdik, tapi juga agak malas. Sementara Tupi adalah tupai yang lincah dan selalu bersemangat. Meski berbeda, keduanya adalah sahabat baik.
Suatu hari, Kiko dan Tupi bertemu di bawah pohon besar tempat Tupi biasa menyimpan persediaan makanannya.
Kiko: “Tupi, kamu selalu sibuk berlari ke sana kemari. Tidak capek, ya? Kenapa tidak santai saja seperti aku?”
Tupi (sambil menggigit kacang):”Kalau aku malas seperti kamu, Kiko, nanti makananku habis! Lihat, aku sudah menyimpan banyak kacang di sini untuk musim dingin nanti.”
Kiko (menguap): “Ah, musim dingin masih lama. Kenapa tidak bersantai saja dulu?”
Tupi (tertawa): “Kalau aku menunggu terlalu lama, aku bisa kelaparan, Kiko! Kamu juga harus siap-siap. Apa yang akan kamu makan nanti?”
Kiko terdiam sejenak. Kucing ini terkenal pintar, tapi juga sering meremehkan hal-hal kecil.
Kiko (sambil tersenyum licik): “Aku? Aku bisa menangkap tikus, burung, atau ikan kapan pun aku mau. Aku cepat dan kuat! Lihat, aku bisa tidur siang sepanjang hari dan tetap tidak khawatir!”
Tupi menggelengkan kepalanya, tapi ia tetap tidak ingin berdebat. Mereka berdua pun melanjutkan hari itu dengan bermain dan bersantai di bawah pohon.
Waktu berlalu dengan cepat, dan tanpa mereka sadari, musim dingin pun tiba. Udara menjadi dingin, dan salju mulai turun. Semua hewan di hutan sibuk berlindung dan mencari makanan yang sudah mereka simpan. Tupi aman di sarangnya yang penuh dengan kacang, biji, dan buah-buahan. Tapi Kiko, yang terbiasa malas, mulai merasa kelaparan.
Kiko (mengelus perutnya yang keroncongan): “Aduh, perutku lapar sekali! Aku tidak menemukan tikus atau burung karena mereka semua bersembunyi dari dingin! Mungkin aku harus minta bantuan Tupi.”
Dengan lesu, Kiko pergi ke rumah Tupi dan mengetuk pintu sarangnya.
Kiko (berbisik pelan):”Tupi, apa kamu di dalam?”
Tupi membuka pintu kecilnya dengan senyum ramah.
Tupi: “Oh, Kiko! Masuklah, di luar dingin sekali.”
Kiko duduk di sudut sarang, melihat Tupi yang sedang makan kacang dengan santainya.
Tupi (sambil menyerahkan kacang): “Mau kacang?”
Kiko (dengan malu-malu): “Aku rasa aku memang butuh persediaan seperti kamu, Tupi. Aku terlalu meremehkan musim dingin.”
Tupi (tertawa kecil): “Tidak apa-apa, Kiko. Sekarang kamu tahu betapa pentingnya persiapan! Tapi jangan khawatir, aku punya cukup makanan untuk kita berdua. Kamu bisa makan bersamaku sampai salju mencair.”
Kiko tersenyum lega. Meski biasanya ia suka malas-malasan, hari itu ia belajar bahwa persiapan memang sangat penting.
Kiko (tersenyum sambil mengambil kacang): “Terima kasih, Tupi. Mulai sekarang aku akan lebih rajin! Tapi… setelah musim dingin ini, ya.”
Tupi (tertawa): “Kiko, kamu memang tidak pernah berubah!”
Dan mereka berdua pun tertawa bersama, menikmati makanan di dalam sarang yang hangat. Sejak hari itu, Kiko tidak hanya belajar makan kacang, tapi juga arti kerja keras serta menyadari betapa beruntungnya memiliki sahabat seperti Tupi yang selalu siap membantu.
Pesan Moral:
Kesuksesan tidak hanya datang dari kecepatan ata kecerdikan, tetapi juga dari kerja keras dan persiapan yang matang. Selain itu, persahabatan sejati akan selalu saling mendukung, bahkan di saat-saat tersulit.