SAINS berkembang terus dari waktu ke waktu. Diceritakan, pada tahun 2157, teknologi mengalami kemajuan pesat. Salah satu inovasi terbesar adalah “Quantum Travel,” sebuah teknologi yang memungkinkan manusia menjelajahi berbagai dimensi alternatif dan waktu.
Wisatawan tidak lagi hanya bepergian ke lokasi fisik di Bumi, tetapi bisa melintasi batas-batas ruang dan waktu. Mereka bisa memasuki dunia paralel yang dihuni oleh legenda dan mitos dari masa lalu.
Cerita ini berfokus pada seorang pemuda bernama Uye Dimas, seorang penggemar sejarah dan mitologi Bali. Ia memutuskan untuk mencoba salah satu paket wisata Quantum yang paling populer: “Jejak Barong di Alam Paralel.”
Dalam tur ini, wisatawan dijanjikan kesempatan untuk menyaksikan pertarungan legendaris antara Barong, sang penjaga kebaikan, dan Rangda, sang ratu ilmu hitam, yang selama berabad-abad hanya dikenal sebagai mitos dalam budaya Bali. Namun, pengalaman ini berbeda dari pertunjukan seni tradisional. Teknologi Quantum memungkinkan para wisatawan untuk tidak hanya melihat, tetapi juga merasakan, setiap detik pertempuran mistis dalam dunia paralel yang sejati.
Setelah melewati briefing singkat tentang keselamatan dan sejarah di kantor Quantum Tours di Denpasar, Dimas dan enam wisatawan lainnya memasuki “Quantum Pod,” sebuah perangkat seperti kapsul tidur yang dilengkapi dengan sensor otak canggih. Mesin itu bergetar lembut, dan dalam hitungan detik, Dimas merasa tubuhnya ditarik ke dalam kegelapan.
Ketika dia membuka mata, ia menemukan dirinya berdiri di sebuah hutan lebat, namun anehnya, suasana di sekitarnya terasa ganjil. Langit di atasnya berwarna merah tembaga, dan angin yang bertiup terasa membawa bisikan dari masa lalu. Bersama rombongannya, ia dipandu oleh hologram, yang menjelaskan bahwa mereka kini berada dalam dimensi alternatif, tempat mitologi Bali menjadi kenyataan.
Di tengah hutan, mereka melihat sosok Barong, makhluk berkepala singa yang megah, tubuhnya bersinar dengan cahaya keemasan. Barong tidak hanya tampil sebagai boneka besar seperti yang biasanya terlihat dalam pertunjukan seni di Bali, tapi sebagai makhluk hidup yang nyata, bernafas, dan penuh kekuatan magis. Saat mereka mendekat, tanah bergetar, dan muncul Rangda, sosok yang menakutkan dengan wajah garang dan taring panjang. Aura jahat yang memancar darinya langsung membuat hawa di sekitar berubah menjadi dingin dan mengancam.
Pertarungan epik dimulai. Barong dan Rangda saling menyerang dengan kekuatan luar biasa. Dimas dan wisatawan lainnya merasa terperangkap di antara dua kekuatan kosmis yang saling beradu. Namun, ada sesuatu yang salah. Dalam perjalanan Quantum ini, mereka seharusnya hanya menjadi penonton, tetapi mereka mulai merasakan dampak langsung dari pertempuran tersebut—tanah bergetar di bawah kaki mereka, angin kencang melambungkan dedaunan dan debu, bahkan salah satu dari mereka hampir terkena ledakan energi yang berasal dari pertarungan kedua makhluk mistis tersebut.
Ketegangan meningkat ketika Dimas menyadari bahwa mereka tidak bisa kembali ke realitas asli mereka. Mesin Quantum yang seharusnya membawa mereka kembali tidak berfungsi. Setiap kali mereka mencoba menggunakan perangkat komunikasi untuk meminta bantuan dari dunia luar, sinyalnya terganggu oleh kekuatan magis yang ada di dimensi ini.
Menyadari situasi genting tersebut, Dimas berusaha mengingat pelajaran sejarah dan mitologi yang ia pelajari. Ia tahu bahwa hanya dengan memahami cerita asli dari Barong dan Rangda, serta peran mereka dalam keseimbangan kebaikan dan kejahatan, mereka mungkin bisa menemukan jalan keluar. Bersama dengan seorang pemandu wisata bernama Kadek, yang ternyata memiliki pengetahuan mendalam tentang tradisi Bali, mereka mencoba mencari solusi.
Kadek mengungkapkan bahwa satu-satunya cara untuk kembali adalah dengan menyeimbangkan kekuatan mistis di dunia tersebut. Barong dan Rangda bukan hanya simbol kebaikan dan kejahatan, tetapi perwujudan dari dualitas yang ada dalam kehidupan manusia. Pertarungan mereka adalah siklus abadi yang tidak pernah berhenti. Untuk keluar dari dimensi ini, Dimas dan kelompoknya harus terlibat dalam ritual yang bisa menenangkan kedua belah pihak.
Mereka menemukan sebuah pura kuno yang tersembunyi di tengah hutan. Di sana, mereka melakukan ritual persembahan dengan memanjatkan doa-doa dalam bahasa Bali kuno, menggunakan bunga, dupa, dan air suci. Suara gamelan mistis terdengar dari kejauhan, seperti menggema dari dimensi lain, menyelaraskan alam dengan energi spiritual.
Saat ritual selesai, pertarungan Barong dan Rangda mulai melambat. Kekuatan magis di sekitar mereka terasa mereda, dan kabut tebal yang sebelumnya mengaburkan pandangan mulai menghilang. Di saat yang sama, perangkat Quantum mereka kembali berfungsi. Dimas dan wisatawan lainnya merasakan tarikan kuat yang membawa mereka kembali ke dalam kapsul mereka di dunia nyata.
Ketika Dimas membuka matanya di dunia asli, ia merasa kelelahan, namun dengan perasaan lega. Meski mereka kembali dengan selamat, ada sesuatu yang tertinggal dalam dirinya—perasaan bahwa dimensi mistis itu lebih dari sekadar perjalanan wisata. Itu adalah bagian dari kehidupan sejati, di mana legenda dan kenyataan saling berdampingan.
Sejak hari itu, Dimas tidak pernah melihat pertunjukan Barong dan Rangda dengan cara yang sama lagi. Baginya, Barong dan Rangda bukan hanya cerita kuno, melainkan kekuatan nyata yang menjaga keseimbangan dunia, tidak hanya di masa lalu, tapi di setiap realitas yang ada.