DAHULU kala di sebuah hutan yang lebat, hiduplah dua kelompok hewan yang selalu berseteru: kera dan kelelawar. Mereka selalu berebut makanan, terutama buah-buahan yang manis dan segar. Kera merasa bahwa buah-buahan itu milik mereka karena mereka yang tinggal di pepohonan.
Di sisi lain, kelelawar merasa buah-buahan itu juga milik mereka karena mereka yang sering terbang di malam hari untuk mencari makan.
Pertengkaran antara kera dan kelelawar berlangsung setiap hari. Mereka saling berteriak, mencuri makanan satu sama lain, dan bahkan bertengkar fisik. Suatu hari, Raja Hutan, seekor harimau bijaksana bernama Tigris, memperingatkan mereka.
“Kebencian kalian hanya akan membawa kerugian. Hutan ini cukup besar untuk kita semua. Belajarlah untuk berbagi dan hidup dalam damai.”
Namun, kera dan kelelawar tidak mengindahkan nasihat Tigris. Mereka terus bertengkar dan menyimpan dendam satu sama lain. Sampai suatu hari, musibah menimpa seekor kera muda bernama Kiko. Kiko adalah salah satu kera yang paling sering terlibat dalam pertengkaran.
Saat itu, Kiko sedang memanjat pohon tinggi untuk mengambil buah yang sangat langka dan manis. Namun, cabang yang dipanjatnya rapuh dan tiba-tiba patah. Kiko terjatuh dan terluka parah. Ia tidak bisa bergerak dan terjebak di dasar jurang.
Teriakan minta tolong Kiko menggema di hutan. Sayangnya, teman-teman kera Kiko tidak mendengar teriakannya karena mereka sedang asyik mencari makanan di tempat lain. Kiko merasa putus asa dan menyesali semua pertengkarannya dengan kelelawar.
Sementara itu, dua kelelawar bersaudara, Luna dan Luno, sedang terbang di atas hutan untuk mencari makanan. Mereka mendengar teriakan Kiko dan segera terbang ke arah sumber suara. Ketika mereka melihat Kiko yang terluka, mereka merasa kasihan dan memutuskan untuk membantu.
“Kita harus menolongnya, Luno,” kata Luna. “Dia memang kera, tapi dia sedang dalam kesulitan.”
Luno setuju dan mereka berdua dengan hati-hati mengangkat Kiko menggunakan kaki mereka yang kuat. Dengan kerja sama yang baik, Luna dan Luno berhasil membawa Kiko ke tempat yang aman di dekat aliran sungai kecil. Mereka membersihkan luka Kiko dan memberikan buah-buahan untuk memulihkan tenaganya.
Kiko sangat terharu atas kebaikan Luna dan Luno.
“Terima kasih banyak. Kalian menyelamatkan hidupku. Aku menyesal telah membenci kalian,” kata Kiko dengan suara lemah namun tulus.
Luna tersenyum dan berkata, “Kita semua makhluk hutan ini, Kiko. Kita harus saling membantu dan hidup berdampingan dengan damai.”
Ketika Kiko kembali ke kelompoknya, ia menceritakan pengalamannya kepada teman-teman kera. Mereka semua terkejut dan tersadar bahwa kebencian mereka terhadap kelelawar tidak ada gunanya. Mereka pun berjanji untuk hidup berdampingan dengan damai.
Berita tentang perubahan sikap kera juga sampai ke kelompok kelelawar. Mereka senang mendengar kabar tersebut dan memutuskan untuk memperbaiki hubungan dengan kera. Sejak saat itu, kera dan kelelawar belajar untuk berbagi makanan dan hidup bersama tanpa pertengkaran.
Raja Hutan, Tigris, sangat senang melihat perubahan ini. Ia berkata, “Kebencian hanya akan membawa kehancuran. Namun, dengan kerjasama dan saling pengertian, kita bisa menciptakan hutan yang damai dan harmonis.”
Dan begitulah, kebencian antara kera dan kelelawar akhirnya berubah menjadi persahabatan yang erat. Mereka hidup dalam damai dan saling membantu, membuktikan bahwa kebencian tidak pernah membawa kebaikan, tetapi persahabatan dan kerjasama dapat menyatukan mereka dalam harmoni. (*)