- MUNGKIN kata keterbatasan, khususnya dalam hal keuangan, sudah menjadi ciri khas anak-anak kos. Kendatipun demikian, mereka juga sesekali berbagi dengan memberi sedikit uang kepada pengemis.
- Bila kejadiannya terlalu sering, mereka pun akhirnya mencari akal agar pengemis datang tidak terlalu sering
Seperti namanya anak-anak kos, segala sesuatunya serba terbatas, termasuk keuangannya. Karena itu mereka berupaya keras dengan berbagai cara agar bekal yang terbatas tersebut cukup hingga menerima kiriman bekal berikutnya.
Ada sebuah lokasi kos yang sering didatangi pengemis. Dalam sebulan mungkin didatangi dua hingga tiga kali dan sepertinya orangnya itu-itu saja namun mereka datang secara bergiliran. Bila dikasi sekali, mereka pasti akan datang lagi beberapa hari berikutnya. Nah, untuk menyiasati mereka pun mencoba beberapa cara.
Pengemis 1
Pagi-pagi sebelum selesai memasak di dapur, datanglah seorang perempuan pengemis dengan langkah yang cepat . Ini artinya, ia termasuk golongan orang sehat dan angkatan kerja produktif. Sebenarnya ia mampu bekerja normal kalau mau. Melihat kedatangannya itu, salah seorang anak kos pun mendekatinya.
Pengemis :“Pak, saya mintaa.”
Anak kos :“Sebentar ya Bu. Saya ambil catatan dulu karena kami diminta mencatat data ibu oleh kepala lingkungan di sini.”
Pengemis :“Baiklah.”
Anak kos :“Maaf, siapa nama ibu?”
Pengemis :“Ibu Deni.”
Anak kos :“Umur ibu?”
Pengemis :“40 tahun.”
Anak kos :“Siapa yang mengajak ibu ke sini?”
Pengemis :“Ihh, Bapak ini cerewet sekali!”
Pengemis tersebut tampak kesal dan tidak melanjutkan pengisian kuesioner tersebut. Kemudian ia berlalu dengan wajah kesal dan meninggalkan halaman rumah kos itu sebelum anak kos sempat memberi uang.
Pengemis 2
Pengemis yang satu ini berbeda dari yang lainnya. Ia seorang tua namun jalannya masih normal dan tidak menampakkan kerentaannya. Saat itu seorang anak kos sedang menyapu di jalan depan rumah.
Anak kos :” Waahh kakek hari sepagi ini sudah datang. Mari duduk di sini kek.”
Pengemis :”Terima kasih Nak.”
Sambil menyiapkan sirih, buah pinang dan gambir yang diambil dari tas kecilnya, kakek itu melanjutkan percakapannya sambil duduk di kursi bakso di halaman depan rumah.
Anak kos :”Ngomong-ngomong, kok kakek sudah datang sepagi ini. Sendirian saja kek?”
Pengemis :”Tidak, ada tetangga yang mengajak. Tadi diturunkan di dekat pasar sebelah.”
Anak kos :”Mau ngopi kek? Mari saya buatkan kopi di dalam.”
Pengemis :”Tidak…tidak. Terima kasih, nak. Tadi sudah ngopi di pasar dan sarapan nasi bungkus.”
Anak kos :”Ooh begitu. Lalu, kakek memangnya sering lewat di daerah sini, sepertinya kakek hafal sekali?”
Pengemis :”Sering sih tidak. Tapi pernah beberapa kali.”
Anak kos :”Nanti kakek akan dijemput?”
Pengemis :”Iya. Kami selalu dijemput di jalan di depan sana pada tengah hari.”
Anak kos :”Oooh.”
Pengemis :”Baiklah nak. Kakek mohon diri dan ingin melanjutkan perjalanan.”
Anak kos :”Kalau kakek memang tidak mampir, ya tidak apa-apa. Hati-hati di jalan ya Kek..”
Karena keasyikkan mengobrol, kakek itu sampai lupa tujuan utamanya, yaitu mengemis. Mungkin karena keramahtamahan dan penyambutan anak kos tersebut yang nyaman membuatnya lupa mengemis.