- MENCARI rezeki harus dilakukan dengan jujur dan sabar, apapun profesi yang sedang ditekuni.
- Juga keramahtamahan harus tetap dijunjung tinggi. Apalagi seorang pedagang, hal ini menjadi hal penting demi kelangsungan usaha
Kunjungan tamu tidak begitu ramai siang itu ke sebuah objek wisata pantai. Namun selalu saja ada yang datang. Pemandu lokal nampak sibuk melayani tamunya dengan memberikan berbagai informasi tentang warisan budaya di objek wisata pantai itu.
Sementara di luar sana, sang mentari mulai menampakan wajahnya setelah hujan lebat sekira satu jam. Ada beberapa pedagang acung menawarkan barang dagangannya kepada tamu yang sudah selesai berkunjung. Di sana tampak ada beberapa ibu paruh baya yang menyapa dan menawarkan barangnya seperti kain pantai dengan ramah.
Mereka adalah ibu-ibu yang sabar, dan bagi mereka keramahtamahan adalah nomor satu. Masalah belanja atau tidak tamunya, itu nomor sekian di belakang, tergantung rezeki masing-masing individu. Ketika berpapasan dengan tamu, tidak lupa mengucapkan salam. Saat itu, seorang tamu kelihatan tertarik membeli cenderamata bersama anaknya.
Pedagang acung yang satu lagi, seorang laki-laki berperawakan kurus dan tinggi tampak trenyuh karena seruling dagangannya belum ada yang laku satupun. Begitu melihat seorang tamu keluar di pintu gerbang museum dan hendak ke taman langsung dihampiri olehnya.
Sambil meniup serulingnya, sesekali ia menawarkan barangnya kepada tamu. Katanya, seruling itu cocok untuk oleh-oleh dan gampang memainkannya. Tamu itu mengatakan dengan sopan bahwa ia tidak berminat dan ingin beristirahat sebentar di taman sambil menunggu temannya.
Bapak itu tidak patah arang dan merayunya sambil meniup seruling ke manapun sang tamu pergi. Merasa tidak nyaman karena dibuntuti, sang tamu kemudian menyelinap di antara hamparan tanaman yang rimbun. Kemudian ia bisa sampai di parkiran dan masuk ke dalam mobil.
Dari dalam mobil sang tamu mengamati, penjual seruling itu kelihatan kesal karena kehilangan jejak. Ia pun nampak planga-plongo penuh penasaran kemana gerangan perginya tamu yang dibuntutinya tadi.
“Jress….ss, waduuh……. Kakiku sakit sekali terpleset gara-gara kulit pisang yang dibuang sembarangan,” kata si penjual seruling.
Dari kejauhan, ibu-ibu pedagang lainnya melihat si bapak jatuh terpleset karena tanah dekat gang ke pantai memang licin. Apalagi tadi, bapak itu juga menginjak kulit pisang. Wah… tambah parah jadinya. Mereka pun segera menghampiri dan menolongnya.
“Bapak sih… kurang hati-hati tadi. Sudah tahu jalannya licin, masih juga mengejar tamu itu. Kan begini jadinya,” papar seorang ibu sembari mengambil barang dagangan bapak itu.
“Maaf, Bu. Saya terlalu berambisi agar tamu tadi mau membeli barang dagangan saya.”
“Jangan seperti ini caranya, Pak. Kalau memang itu rezeki kita, dia tidak akan ke mana-mana,” sahut ibu lainnya.
“Mari Pak, sini saya olesi obat merah luka Bapak. Saya kebetulan ada obatnya di dalam tas P3K.”
“Terima kasih, ibu-ibu sangat baik dan sabar. Ini semua kesalahan saya,” kata si penjual seruling sambil merintih kesakitan.
“Ya, sudahlah Pak. Lain kali jangan diulangi lagi. Jualan yang sabar ya. Yang penting usahakan agar tamu tidak merasa terganggu karena aktivitas kita. Kalau dia tertarik, pasti akan membeli.”
“Intinya, kita harus selalu ramah dan sopan, baik kepada para tamu maupun pemandu yang mengantar mereka. Nah, kalau mereka merasa tidak nyaman, bisa saja agen perjalanan yang mengajak mereka tidak lagi memasukkan acara kunjungan ke sini di itinerary mereka dan justeru dialihkan ke tempat lain. Kalau sudah begini, siapa yang rugi?” saran salah seorang dari ibu-ibu itu.
“Ya, ya, saya paham sekarang. Saya mohon maaf kepada ibu-ibu!!!” kata si penjual seruling.
Demikianlah mereka saling membantu dan mengingatkan agar senantiasa sabar dan ramah ketika menawarkan barang. Utamakan agar tamu tetap merasa nyaman dan tidak terganggu karena itu akan mempengaruhi citra destinasi yang dikunjungi.