- TUBUHNYA tinggi dan kekar. Dia juga memiliki selera humor yang tinggi yang selalu disisipkan di setiap obrolan, curhat atau yang lainnya
- Ternyata itu adalah pertemuan yang terakhir sebelum menghadap Sang Pencipta
SORE itu aku baru saja istirahat setelah mengirim berita terakhir ke kantor. Tiba-tiba pintu pagar terdengar seperti ada yang menabrak. Aku bangkit dan berjalan ke arah pagar. Ternyata ada sahabatku yang datang.
Biasanya kalau ingin curhat, ia pasti datang sore hari menjelang malam, sepulang kerja. Aku suka mengobrol hal-hal yang ringan, paling-paling nanya ada nggak hal-hal lucu di tempat kerjanya. Aku tidak ingin menambah lagi bebannya setelah pulang kerja. Kadang-kadang ia sekadar menelpon menanyakan kabarku dan anak-anak.
Hari itu tidak seperti biasanya, kalau main ke rumah, ia pasti klakson dulu di depan pagar sampai aku membukakan pintu.
Dia: “Gimana kabar Pak?”
Aku: “Baik.”
Dia: “Cuma sebentar pak.”
Aku segera mempersilakan naik ke emperan rumahku dan mengambilkan tempat duduk. Oh ya, sahabatku itu dulunya bekerja di sebuah hotel. Badannya lebih tinggi dari aku, mungkin sekitar 180an cm dan kekar. Maklumlah, ia memang suka berolah raga seperti bulu tangkis. Ketika masih bekerja di hotel, ia juga sesekali main tenis dan squash menemani tamunya.
***
Ketika menjelang pensiun, ia banyak bercerita tentang rencana untuk mengisi waktu luangnya nanti. Selain berbahasa Inggris, ia juga fasih berbahasa Perancis. Tentu saja karena ia pernah kursus di lembaga kursus bonafid di kota ini dan sering menangani tamu Perancis karena bertugas di bagian kantor depan. Kebetulan juga hotel tempatnya bekerja termasuk jaringan dari hotel negeri mode tersebut.
Melihat kemampuannya itu, aku juga sarankan menjadi pemandu wisatawan Perancis. Dan sesekali juga obrolan diselingi percakapan Bahasa Perancis ringan yang membuatku tertawa. Aku memang amat senang dan sangat bahagia ketika melihat ia bisa tertawa lepas seperti itu.
Singkat cerita, setelah pensiun ia memutuskan untuk membeli sebuah kendaraan dan menawarkan jasa transportasi kepada tamu dengan mengambil pekerjaan ke biro perjalanan. Hari-harinya dijalani hingga hampir setahun. Suka-dukanya juga diceritakan kepadaku.
Untuk tahapan berikutnya, ia beralih dari sopir angkutan wisata menjadi pemandu yang berbahasa Perancis. Karena sudah terbiasa menangani tamu Perancis, ia tidak mengalami kesulitan berarti dalam pekerjaannya yang baru ini. Bahkan ia sering dipercaya meng-handle grup.
***
O ya, mari kita kembali kepada cerita semula. Sore itu ia bercerita tentang masalahnya. Ia mengalami gangguan pada jantungnya dan sudah berobat ke medis dan non-medis. Ia pun bercerita perjalanannya berobat ke seorang medium. Memang ada perubahan setelah beberapa kali.
“Pak, lihat ini tamu grup yang aku handle minggu lalu. Kami juga sempat berfoto di lokasi,” katanya sampil memperlihatkan foto-foto di telepon pintarnya dan menggeser-gesernya satu per satu.
“Wah… hebat pak. Bagaimana komentar tamu tentang Bapak?”
“Mereka senang Pak. Kalau saya yang ajak mereka, suasananya sangat santai sesuai tujuan mereka berlibur ke sini. Mereka tidak pernah komplin.”
Selain tentang pekerjaan terbarunya itu, ia juga menyisipkan ungkapan kebahagiaannya setelah memiliki seorang cucu laki-laki yang lucu. Kelucuan itu diperlihatkan lewat video dan beberapa foto di telepon pintarnya. Sambil menunjukkan foto terunik, ia mengatakan sangat disenangi oleh cucunya.
Sambil menikmati kue-kue kecil dan teh manis yang disuguhkan, ia seolah tak mau berhenti bercerita. Mengalir terus seolah tak terbendung. Kali ini ia kembali bercerita tentang satu order pekerjaan yang sudah diterima untuk esok lusa. Slip order-nya pun diperlihatkan kepadaku. Ada 12 orang tamu yang akan mengambil round trip.
Empat hari kemudian aku mendapat kabar bila ia sudah meninggal dua hari sebelum itu. Aku sangat sedih dan terpukul mendengar kabar duka tersebut. Rasanya tidak percaya sebab dua hari sebelum meninggal sempat mengobrol panjang lebar di rumah. Pokoknya ia bercerita banyak dan tidak menyangka itu adalah pertemuan kami yang terakhir. Ternyata rencana tour itu adalah tour-nya yang terakhir dan menuju Sang Pencipta.
Selamat jalan sahabatku, semoga menyatu dengan Sang Pencipta! Engkau sudah mengisi hidupku dengan banyak cerita lucu, serius dan santai yang tentunya akan dikenang selalu. (*)