UJUNG selatan Pulau Dewata yang satu ini seakan tidak pernah sepi dari kunjungan para wisatawan. Destinasi yang dimaksud adalah kawasan Pura Uluwatu di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
Pura Uluwatu yang menjadi pesona obyek wisata ini bertengger di ujung tebing batu karang di atas Samudera Indonesia. Di samping menjadi jejak perjalanan spiritual maharisi masa lalu seperti Empu Kuturan pada abad ke-11, pura ini juga menawarkan pemandangan matahari tenggelam yang menakjubkan dan menghadap ke lautan lepas di selatan Pulau Bali.
Mahakarya arsitektur tempat suci ini menghadirkan gaya arsitektur yang memiliki kemiripan dengan corak ornamen candi di Pulau Jawa. Walau berbatasan dengan dinding jurang terjal, para pemedek tidak merasa was-was atau takut ketika melakukan persembahyangan di pura ini.
Pesona tambahan yang ditawarkan oleh destinasi ini adalah keramah-tamahan kera abu-abu yang menghuni hutan di sekitar pura. Kendatipun demikian, pengunjung harus senantiasa berhati-hati dan mengikuti petunjuk keamanan dari petugas lokal demi keselamatan diri.
Atraksi yang tidak kalah menariknya adalah pementasan Tari Kecak. Dengan mengambil cerita epos Ramayana, para penari yang berjumlah ratusan orang, mementaskan dramatari tersebut dengan penuh trik dan sensasi. Tari Kecak dengan suara vokalnya yang khas ini dipentaskan hampir setiap hari, kecuali hari-hari tertentu, menjelang matahari tenggelam.
Dari segi sejarahnya, seni tari ini digarap oleh Wayan Limbak sekitar tahun 1930-an bekerjasama dengan pelukis ternama Jerman Walter Spies. Tari Kecak ini diciptakan berdasarkan tradisi Tari Sanghyang yang dikombinasikan dengan sekuel epos terkenal Ramayana.
Para penari yang terdiri dari laki-laki duduk melingkar. Mereka tidak mengenakan baju namun hanya mengenakan sarong dan saput poleng petak-petak. Para penarinya menyerukan irama vocal yang menjadi ciri khasnya yaitu ‘cak…cak…cak’ dan seterusnya. Dalam kisah ini, Rama dibantu oleh barisan kera untuk melawan Rahwana. Adapun penari lainnya adalah pemerah tokoh-tokoh Shinta, Hanoman dan Sugriwa.
Di Uluwatu, kesenian ini dipentaskan di panggung terbuka yang menghadap ke Samudera Indonesia sehingga kesenian dramatis ini memiliki latar belakang pemandangan yang sangat indah. Pementasan berlangsung sekitar satu jam dari pukul 18:00 hingga 19:00. Karcis pertunjukan dapat dibeli di lokasi atau di agen-agen perjalanan wisata.