- BEBERAPA orang masih bingung atau kurang paham mengenai mana duluan, kebudayaan atau agama
- Terkait hal ini, simaklah sekelumit cerita unik dari diskusi agama dan kebudayaan pada sebuah penataran sebagai pembekalan bagi calon pramuwisata
Pada sebuah penataran calon pramuwisata diadakanlah diskusi tentang topik kebudayaan. Peserta penataran tersebut berasal dari berbagai kalangan, ada peserta lulusan SMA, sarjana hingga dosen (bahasa asing) aktif.
Nah, pada sesi tanya jawab, pak dosen ini bertanya kepada pembawa makalah tentang hal sederhana namun mendasar.
“Pak, saya mau nanya, manakah yang lebih dulu ada, agama atau kebudayaan?”
“Sebelum saya menjawab, apakah ada kira-kira di antara peserta di sini yang bisa membantu menjawab pertanyaan Bapak ini?” tanya sang instruktur.
“Ada Pak,” jawab peserta lainnya.
“Ya, silakan.”
“Terkait dengan agama dan kebudayaan, tidak bisa dikatakan seperti ayam dan telur, yang mana duluan.”
“Mengapa demikian Pak,” tanya pak dosen tadi.
“Ya karena agama itu adalah bagian dari unsur universal kebudayaan. Menurut Koetjaraningrat, kebudayaan itu memiliki 7 unsur universal, yaitu kesenian, bahasa, sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi serta peralatan. Jadi, kapan agama itu ada, saat itu pula kebudayaan itu ada.”
“Lalu?”
“Ketika ada agama, saat itu juga ada kebudayaan. Dengan kata lain, mereka berdua tak terpisahkan atau adanya secara bersamaan.”
“Okay… Terima kasih.”
Selidik punya selidik, ternyata yang menjawab pertanyaan pak dosen tersebut adalah bekas mahasiswanya. Mulanya, ia merasa ewuh pakewuh, namun akhirnya mencoba membantu menjawab.
Setelah keluar dari ruangan, mereka pun tampak mengobrol banyak dan berbagi cerita tentang pengalaman dan kenangan saat di kampus. Tentu saja, pertemuan itu menjadi ajang reunian bagi mereka berdua.