FANTASTIK dan unik—Di tahun 2075, wisata kuliner di Pantai Jimbaran bukan sekadar makan seafood dengan pemandangan matahari terbenam. Sekarang, semua serba canggih. Restoran terapung melayang di atas air dengan sistem anti-tumpah, dan pesanan diantar oleh drone berseragam Bali lengkap dengan udeng digital.
Budi, seorang vlogger kuliner yang terkenal dengan slogan “Makan dulu, bayar nanti, kalau laku!”, datang ke Jimbaran untuk mencoba inovasi terbaru: MetaSeafood Experience, sebuah restoran yang hanya menerima pembayaran dalam bentuk likes dan komentar di media sosial.
Saat memasuki restoran, ia langsung disambut oleh AI Waiter bernama KadekBot 3000 yang mengenakan kemeja batik holografik.
“Selamat datang, Pak Budi! Mau pesan apa? Ingat, makanannya baru bisa disantap kalau postingan Anda mencapai 10.000 likes dalam lima menit,” ujar KadekBot dengan suara ramah tapi penuh ancaman terselubung.
Tanpa pikir panjang, Budi langsung memotret hidangan super futuristik: Lobster Kuantum dengan saus foton dan Udang Hologram Pedas. Dengan efek filter matahari terbenam buatan dan caption penuh clickbait – “Ini bukan lobster biasa, ini LOBSTER DARI MASA DEPAN! #MetaSeafood #ViralAtauLapar” – ia mengunggahnya ke semua platform sosial.
Namun, masalah mulai muncul. Algoritma media sosial mengalami error, dan like yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Sementara itu, sistem restoran mulai berbunyi nyaring.
“PERHATIAN! Batas waktu 10.000 likes hampir habis. Protokol ‘Bayar dengan Kerja’ akan diaktifkan!”
Tiba-tiba, sebuah drone keamanan berbentuk kepiting raksasa mendekat dengan capit listrik berkilat-kilat. “Silakan pilih: mencuci piring atau menari Kecak di tengah restoran untuk menghibur tamu lainnya,” kata drone itu dengan suara monoton tapi mengintimidasi.
Tanpa pilihan lain, Budi memilih opsi menari Kecak. Dengan gerakan seadanya dan ekspresi antara malu dan takut, ia mulai ber-“cak cak cak” di tengah restoran. Para tamu tertawa terbahak-bahak, dan ironisnya, videonya mendadak viral. Ribuan likes membanjiri akun media sosialnya.
KadekBot 3000 segera menghentikan hukuman dan menyajikan hidangan gratis sebagai bonus.
“Selamat, Pak Budi! Anda baru saja menciptakan tren wisata kuliner terbaru: ‘Makan Gratis, Asal Malu!’ Apakah Anda ingin reservasi untuk besok?”
Dengan napas tersengal, Budi hanya bisa tersenyum kecut. “Boleh. Tapi besok aku bawa power bank buat boost like!”
Namun, petualangan Budi di Jimbaran belum selesai. Setelah makan, ia diajak ke ruang Virtual Reality Culinary Challenge, di mana pengunjung bisa ikut serta dalam simulasi memasak seafood paling ekstrem. Tantangannya kali ini? Memasak ikan pari yang bisa melayang dengan kecepatan tinggi!
Dengan menggunakan sarung tangan sensorik, Budi harus menangkap dan mengolah ikan tersebut dalam waktu 60 detik. Sayangnya, ikan virtual itu terlalu lincah, dan setiap kali Budi mencoba meraihnya, ikan itu justru menghindar sambil mengeluarkan suara mengejek. Para pengunjung yang menonton lewat layar hologram tertawa melihat ekspresi panik Budi.
“Wah, Pak Budi! Kalau begini terus, mungkin besok restoran ini akan mengganti konsepnya jadi ‘Makan Gratis, Asal Kena Prank!’” ujar seorang pengunjung.
Setelah beberapa kali gagal, akhirnya Budi menyerah. KadekBot 3000 menepuk pundaknya secara virtual dan berkata, “Jangan khawatir, Pak Budi. Anda mungkin gagal menangkap ikan, tapi Anda sukses menangkap perhatian seluruh dunia maya!”
Dengan perasaan campur aduk antara malu dan bangga, Budi meninggalkan restoran, sambil melihat notifikasi di ponselnya. Videonya sudah mencapai satu juta views, dan berbagai merek makanan mulai menghubunginya untuk endorsement. Sepertinya, petualangan kuliner futuristik ini bukan hanya tentang makanan, tapi juga tentang strategi bertahan hidup di era digital! (*)