LIBURAN ke Bali memang selalu penuh kejutan. Begitu juga dengan perjalanan Pak Jono, seorang bapak paruh baya yang baru pertama kali ke Pulau Dewata bersama istrinya, Bu Sekar. Mereka ingin menikmati wisata naik boat di Danau Beratan, Bedugul, dan mencicipi kuliner khas Bali.
Sesampainya di danau, Pak Jono langsung bersemangat. Ia bahkan memilih perahu kecil yang bisa dikayuh sendiri.
“Biar romantis seperti di film-film!” katanya penuh percaya diri.
Awalnya semua berjalan lancar, hingga tiba-tiba perahu mulai oleng. Rupanya, Pak Jono terlalu semangat mendayung ke kiri, sementara Bu Sekar sibuk mengambil foto dari kanan. Akibatnya, mereka malah berputar-putar di tempat seperti komidi putar.
“Paaak! Kok kita muter-muter gini sih? Ini wisata boat atau wahana pusing tujuh keliling?” teriak Bu Siti mulai panik.
“Waduh, iya ya! Kok jadi begini?” jawab Pak Jono yang mulai kebingungan.
Melihat pasangan itu kebingungan, seorang pemandu wisata datang dengan speedboat kecil dan menarik perahu mereka ke tengah danau.
“Pak, kalau mau maju, dayungnya harus seimbang. Ini bukan setir mobil yang bisa belok seenaknya,” ujarnya sambil menahan tawa.
Setelah berhasil kembali ke daratan dengan selamat (dan sedikit mabuk darat), mereka melanjutkan petualangan ke warung makan khas Bali.
“Aku mau coba ayam betutu, ya!” kata Bu Sekar semangat.
“Kalau aku sate lilit aja, biar aman,” kata Pak Jono yang masih trauma dengan kejadian di danau.
Tak lama kemudian, makanan datang. Bu Sekar langsung mencicipi ayam betutunya. Tiba-tiba wajahnya berubah. Matanya membesar, tangannya melambai-lambai ke udara.
“Pak! Panaaass!! Pedesnya nyampe ubun-ubun!” teriak Bu Sekar.
Pak Jono panik, langsung menyeruput es kelapa di hadapannya. Tapi sialnya, bukan es kelapa yang dia ambil, melainkan sambal matah dalam mangkuk kecil!
“Wuaaaah! Lidahku kebakar! Tolong air! Air!”
Pemilik warung yang melihat kejadian itu hanya bisa tertawa sambil menyodorkan segelas es teh. “Pak, Bu, kalau makan makanan Bali, siapin mental dulu. Pedesnya bisa bikin wisata kuliner berubah jadi wisata air mata!”
Tapi ternyata cobaan belum berakhir. Saat hendak pulang, Bu Sekar melihat jajanan tradisional di pinggir jalan.
“Pak, kita coba jajan dulu, tuh ada rujak kuah pindang. Kayaknya enak!” katanya antusias.
Pak Jono masih trauma dengan pedasnya ayam betutu, tapi karena tak mau mengecewakan istrinya, ia akhirnya ikut mencicipi. Baru satu suapan, wajahnya langsung merah padam.
“Ya ampun, Bu! Ini buah atau bom cabe? Seger sih, tapi pedesnya kayak ditampar pari!”
Bu Sekar tertawa terpingkal-pingkal. “Makanya, kalau ke Bali harus siap mental, Pak. Dari naik boat sampai makanannya, semuanya bikin deg-degan!”
Akhirnya, setelah drama naik boat dan kuliner pedas yang menghebohkan, Pak Jono dan Bu Sekar sepakat: liburan di Bali memang penuh kejutan dan sensasi!







