- WISATA pengamatan burung dapat menjadi ceruk pasar alternatif dan memperkaya atraksi wisata alam.
- Indonesia sebagai kawasan tropis memiliki keragaman yang tinggi dalam hal spesies burung, warna bulu, kemerduan suara, habitat dan sebagainya
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menikmati wisata alam. Ada yang suka berfokus pada keindahan tumbuhan, menghadapi tantangannya, daya tarik lansekap atau bahkan khusus berfokus pada burung.
Nah, yang terakhir ini biasa dikenal dengan wisata pengamatan burung, istilahnya birdwatching atau birding. Wisata ini berfokus pada pengamatan burung di alam liar sebagai kegiatan rekreasi. Bila tak membawa alat bantu visual seperti teropong atau teleskop, Anda bisa lakukan dengan mata telanjang. Namun, untuk yang ini pilihlah burung yang cukup besar sehingga mudah dilihat.
Burung besar yang mudah ditemukan, misalnya, adalah kokokan atau blekok dan kuntul. Habitat favoritnya adalah persawahan terbuka atau sebelum musim tanam, danau atau pinggir sungai. Intinya, tempatnya adalah dimana mereka bisa dengan mudah menemukan makanan seperti katak, orong-orong, belalang, ikan, jangkrik atau sejenisnya. Biasanya mereka bersarang dan tidur di atas pohon-pohon besar seperti beringin, bunut atau rumpun bambu.
Beberapa species dari burung kokokan atau kuntul yang mudah ditemukan di persawahan adalah kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul putih besar (Egretta alba), kuntul sedang (Egretta intermedia), blekok sawah (Ardeola speciosa) dan beberapa lainnya.
Perilaku burung ini
Di sawah, misalnya, mereka umumnya mencari makan bergerombol. Apalagi ketika petani sedang membajak sawah dengan sapi atau traktor, mereka seperti tidak takut ditangkap. Mereka melompat kesana dan kemari sembari mengejar mangsanya.
Pada kesempatan lain, mereka bisa berbaur dengan gerombolan itik yang sedang digembalakan pemiliknya. Seperti tidak peduli, masing-masing sibuk mencari makan dan tidak merasa takut bersaing.
Yang menjadi masalah bagi petani adalah gangguan burung blekok atau kuntul yang menginjak-injak tanaman padi yang baru ditanam hingga berumur dua mingguan. Pada periode ini tanaman belum pulih betul, bahkan risiko yang paling serius adalah petani harus mengganti tanaman yang diinjak-injak burung yang mengejar mangsanya.
Oleh karenanya, petani harus menunggui tanaman padi mereka tersebut seharian. Atau paling tidak, mereka harus memasang tali perak atau tali ajaib agar burung-burung takut turun ke sawah mereka karena berkilau-kilau diterpa sinar matahari.
Beberapa hal berikut perlu diperhatikan ketika melakukan pengamatan burung:
- Tanamkan di dalam pikiran kita bahwa aktivitas pengamatan burung tidak boleh mengganggu burung-burung tersebut atau hewan lainnya.
- Hindari mengganggu mereka selama periode berkembang biak atau usahakan tidak mendekati sarang mereka agar sang induk yang akan bertelur tidak takut.
- Usahakan berpakaian dengan warna yang tidak terlalu menyolok dengan lingkungan sekitarnya
- Bila diperlukan, gunakan jasa pemandu lapangan profesional agar mendapatkan informasi dan wawasan yang mendalam dan benar
O, ya ada satu desa wisata di Bali yang terkenal dengan wisata burung kokokan ini yaitu Desa Petulu, dekat kawasan Ubud, Gianyar. Keberadaan burung-burung tersebut sangat dilindungi oleh masyarakat adat setempat. Bahkan, burung-burung tersebut disakralkan karena diyakini sebagai anugerah Tuhan dan konon mulai berdatangan ke desa tersebut sejak tahun 1965. Tidak mengherankan bila desa ini kemudian menjadi objek ekowisata yang menarik bagi wisatawan dan peneliti.
Bila ingin memperdalam perihal burung secara ilmiah, ada ilmunya yang bernama ornitologi sebagai cabang ilmu biologi yang berhubungan dengan studi metodologis dan pengetahuan tentang burung beserta semua hal yang berhubungan dengannya.